Home » » Penyesalan Akibat Buruk Sangka

Penyesalan Akibat Buruk Sangka

Tadi malam tidak seperti biasanya, putriku memintaku mendongengkan cerita sebelum dia tidur (jujur saja, sudah lama sekali aku tidak mendongeng untuknya).
Kali ini, dia memintaku untuk mendongengkan sebuah cerita yang sudah lama menjadi favoritnya. Walau sudah sering kali aku dongengkan, tapi dia seakan tak pernah bosan.

Sebuah kisah yang pernah aku baca dari sebuah buku keteladanan agama, judulnya Penyesalan karena berburuk sangka.
Entah kenapa, setiap kali aku menceritakan kisah ini, aku selalu melihat airmata berlinang diujung kedua bola matanya yang mungil itu, seakan meluapkan rasa haru yang sangat dalam saat mendengarkan ceritaku.

Aku kisahkan, seekor kucing bernama Belang (nama asli kucing itu didalam buku adalah Hurairah) yang sejak kecil dipelihara oleh sepasang suami istri yang bijak dan baik hati. Saat itu mereka telah mempunyai seorang bayi yang masih sangat kecil.




Pada suatu malam yang gelap dan cuaca amat buruk dimana sejak sore hari langit mendung dan gerimis tiada henti. Sebuah berita diterima oleh sepasang suami istri tersebut, mengabarkan bahwa ayah dari sang istri sedang sakit parah dan mengharuskan sepasang suami istri itu pergi untuk menjenguk sang ayah.
Alangkah bingung hati sepasang suami istri tersebut, anak mereka yang masih amat kecil, tidak memungkinkan untuk diajak serta, mengingat malam itu cuaca sangat buruk. Takut hal itu akan mempengaruhi kesehatan si anak. Sementara tidak ada lagi penghuni rumah itu selain mereka bertiga.

Di tengah kegalauan dan kebingungan hati, tiba-tiba si istri berseru,
“ Pak, Aku tahu…!”. “ Kenapa kita melupakan si belang ? bukankah dia kucing yang sangat pintar, aku yakin dia bisa diandalkan untuk menjaga anak kita”.
Mendengar hal itu, si suami kelihatan gembira,
“ Benar juga kamu bu, bukankah belang kucing yang sangat setia, dia pasti bisa dipercaya untuk menjaga anak kita”.

Pada saat bersamaan, muncullah seekor kucing berwarna belang hitam putih dari dalam dapur.
Seekor kucing yang bersih dan terawat, bulunya yang indah dan nampak tebal, serta ekornya yang panjang juga lebat, kucing itu terlihat sangat tampan. Matanya yang tajam sekilas memancarkan kilat indah saat dia berjalan dalam kegelapan. Tubuhnya tidak terlalu besar, tetapi cukup kekar dan gesit. Banyak tikus-tikus dilumbung yang mati menjadi korbannya.

“ Belang, kemarilah..” Sang suami meraih belang dalam gendongannya.
“ Tolong jaga adik bayi selagi kami pergi ya…jaga dengan baik, jangan biarkan sesuatu menimpa dirinya. Kami tidak akan lama…kucing pintar, kamu pasti bisa “ kata sang suami sambil mengelus-elus bulu belang.
“meong..meong..” beberapa kali belang mengeong, seakan berkata,” Jangan khawatir tuan, percayakan pada saya, adik bayi akan saya jaga dengan mempertaruhkan nyawa saya…”

Setelah berkemas, maka bersiaplah sepasang suami istri itu untuk berangkat.
Sebelum pergi, untuk terakhir kalinya sang suami berpesan pada belang, “ Jaga dengan baik adik bayi ya, kami pergi..”.

Sepeninggal suami istri itu, belang lalu naik ke atas ranjang tuan kecilnya yg tengah tertidur lelap. Di awasinya tuan kecilnya itu dengan seksama sambil sesekali mengibaskan ekornya yang panjang dan berbulu lebat itu, seakan hendak mengusir nyamuk-nyamuk yang mendekat untuk mengusik ketenangan tidur adik bayi.
Selang tak berapa lama kemudian, si belang pun merabahkan dirinya disamping tuan kecilnya itu, sambil ekor tetap sesekali dikibas-kibaskan.

Selang tak lama kemudian, tiba-tiba belang mengangkat kepala, matanya menerawang tajam, telinganya tegak berdiri seakan ingin mendengarkan sesuatu dengan serius.
Tak salah lagi, belang memang mendengarkan sesuatu, sesuatu yang ia yakini mengandung bahaya ! Secapat kilat, belang melompat turun dari ranjang. Dia kini berdiri tepat di depan kolong ranjang…matanya semakin tajam menembus kegelapan bawah ranjang.
Makin lama, bunyi itu makin nyata terdengar…
” Zzzzzzssssstttttt……zzzsssttttt…..zzzssssttttt “
Tiba-tiba muncullah sosok panjang, hitam dan bersisik dari bawah ranjang tempat tidur. Sosok yang lumayan besar, dengan kepala tegak berdiri, taring-taring tajam pada moncongnya membuat kesan sangat menakutkan. Seekor ular besar.

Belang mengeram marah, bulu-bulunya berdiri, cakar dan taringnya nampak siap menerkam ular didepannya. Matanya menatap tajam, seakan memperingatkan ular itu untuk tidak mendekati tuan kecilnya, atau ia akan mati dicabik-cabik oleh taring dan cakar si belang. Ular itu seakan tidak mengindahkan ancaman belang, ia terus mendekati tepi ranjang, melongok diatasnya. Belang jadi naik pitam, secepat kilat tering dan cakar si belang mendarat di kepala ular. Maka terjadilah perkelahian yang cukup seru antara si belang dan ular itu. Belang tetap berusaha mencabik-cabik kepala ular, sementara ular berusaha melumpuhkan belang dengan melilitnya, berusaha meremukkan tulang-tulangnya.

Disaat belang hampir kehabisan tenaga, dia dengan sekuat tenaga mengencangkan gigitan taringnya di kepala ular tersebut. Dan akhirnya…berhasil, ular itupun mati. Belang terkapar lemas, tapi dia puas sudah mengalahkan ular yang hendak mencelakai tuan kecilnya itu. Kepala belang penuh dengan darah ular, sementara sekujur tubuhnya terasa sangat lemas akibat lilitan ular tadi.

Tak berapa lama kemudian, terdengar langkah kaki mendekati rumah, belang segera bangkit, dia tahu itu langkah kaki majikannya. Maka, dengan sisa-sisa tenaga yang ada belang berusaha bangkit, berjalan mendekati pintu depan hendak menyambut kedatangan sang majikan. Saat terdengar anak kunci diputar, belang mengeong lirih,
“ meong…meong” seakan menyapa majikannya.
Namun begitu pintu terbuka, alangkah terkejutnya sepasang suami istri tersebut menyaksikan keadaan belang.
Spontan sang istri berteriak, “ Pak, lihat ! Apa yang sudah dilakukan si belang ! mukanya penuh darah, jangan-jangan dia sudah memakan anak kita pak !”
Sang suami gusar...
“Cepat pak, bunuh dia, sebelum dia kabur !!” Sang istri makin histeris, membuat sang suami pun semakin gusar, emosi yang tak tertahankan.
Tiba-tiba sang suami melangkah keluar halaman, dan kembali dengan membawa sebongkah batu besar, sambil mengumpat marah dihujamkannya batu itu berkali-kali tepat dikepala Belang. “ Dasar kucing tidak tahu diuntung, kurang ajar, tak tahu balas budi ! Mampuslah kamu ! Pergilah keneraka !”
Belang tak mampu menghindar lagi, saat pukulan pertama, dia masih sempat mengeong lirih, namun pukulan kedua dan ketiga sudah tak mampu lagi sampai menewaskan nyawanya.

Setelah memastikan belang telah tewas, suami istri itu lalu bergegas masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan bayi mereka. Namun alagkah terkejutnya, setelah melihat kondisi dalam kamar. Darah berceceran dimana-mana. Dan ditengah-tengah ruangan ada bangkai seeokor ular besar yang penuh luka dibagian kepala. Semantara diatas tempat tidur, adik bayi masih sangat pulas tertidur, dengan kondisi yang sangat baik, tak kurang suatu apa.


Agak lama mereka berdua baru menyadari apa yang telah terjadi.
Namun keduanya bagai orang linglung, apalagi setelah mereka benar-benar sadar kalau belang yang seharusnya mereka elu-elukan karena sudah mempertaruhkan nyawanya demi menjaga bayi mereka, malah bernasib tragis, tewas ditangan mereka sendiri. Keduanya menangis tersedu-sedu menyesali apa yang sudah mereka lakukan pada belang.

Kini sang suami sudah menguburkan belang dengan baik. Tapi tak ada yang dapat mereka lakukan, selain meminta maaf kepada Sang Pencipta karena mereka telah berburuk sangka...
Share this article :

17 komentar:

  1. sebuah kisah yang penuh inspirasi namun berakhir tragis, aku sendiri hampir-hampir tak bisa menahan air mataku... begitu bahayanya berburuk sangka ya mbak...

    BalasHapus
  2. saya pun pernah mendengar cerita ini, hingga akhirnya sekarang ditulis lagi sama mba lina sekarang... yah begiytulah prasangka ... hanya emosi yang brbcara...
    tiap ada cerita tntng kucing, saya pun prnah menangis gara2 kucing sy mati kelaparan. sy dan kluarga prgi mudik smntara kucing sy terkunci d dalama rumah. seminggu kemdian kami dtang dan akhirny kcing ksyangan sy sdang skarat, sy pun mnngis d sisinya.. waktu itu sih masih SD.. tapi sedih banget mba, ,,,,,

    BalasHapus
  3. sebuah cerita yang memang pantas kita renungkan,,
    jadi ngeri ni tentang sifat buruk sangka lebih baik tanamkan sifat khusnuzon ya gak????

    BalasHapus
  4. Aku pun baru baru ini berprasangka buruk ama murid ku... untung belakangan aku sadar, kalau aku ini memilih figur yang lebih tinggid aripada dia :)

    BalasHapus
  5. wah...
    bener tuch mba..dalam agama pun kita sebaiknya menjauhi prasangka apalagi berburuk sangka..huh dosa tuch

    hehe
    nice tips buat meminimalisir berburuk sangka syukur-syukur kita tidak berbuat hal-hal yang merugikan kita sendiri.hehe

    BalasHapus
  6. SEMOGA SI KUCING BISA MEMAAFKAN KEKHILAFAN DAN SIFAT BURUK SANGKA MAJIKANNYA DAN DIA BISA BERISTIRAHAT DENGAN TENANG DI ALAM BAKA.

    BTW, PUTRI MBAK MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL YANG CUKUP TINGGI. TERBUKTI DENGAN LINANGAN AIR MATANYA KETIKA MENDENGAR CERITA MBAK. DONGENG MEMANG MEMILIKI NILAI LEBIH DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL DAN AGAMA PADA ANAK. SELAIN ITU DAPAT MENGASAH KEPEKAAN SOSIAL ANAK SEJAK DINI.

    BERBURUK SANGKA TERNYATA SANGAT BERBAHAYA, KALAU KITA TIDAK SEGERA MENYADARINYA DARI AWAL, MAKA KITA TERMASUK ORANG-ORANG YANG MERUGI DAN AKAN MENDAPAT PENYESALAN YANG SELALU MENDAPAT TEMPAT DI BELAKANG SEUSAI PERISTIWA TERJADI.

    BalasHapus
  7. Mbak Lina, pertama kali denger cerita ini di radio Delta FM, Shahnaz Haque yang baca. Saya langsung nangis, ngga kuat dengernya...
    Berburuk sangka itu bisa berbahaya!

    Kalo mau download internet content filter software gratis, ada beberapa pilihan di artikel Family Safe Internet (4). Link yang di posting ternyata ngga bisa dibuka...

    BalasHapus
  8. Artikel yg bagus mbak..
    Menyadarkan kita akibat buruk dari berprasangka tidak baik

    BalasHapus
  9. Selalu ada hikmah dibalik itu semua.

    Banyak hal yg bisa dipelajari... baik dan buruk semua ada hal yg pasti akan kita temui.

    saya sedang belajar jadi orang yg selalu berprasangka baik, namun susah.. ^_^

    BalasHapus
  10. Buruk sangka (su'uzhzhon)itu dosa dan derita.

    BalasHapus
  11. cerita yang bisa kita ambil hikmahnya.

    salam blogger

    BalasHapus
  12. pesan moralnya jangan cepat emosi,dan buruk sangka,

    menarik banget mba artikelnya

    BalasHapus
  13. iyaakum wadz-dzhana, fainnadz dzhanna akdzabul hadits ....

    "jauhilah berprasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah sebohong2nya berita...." hadits

    BalasHapus
  14. itulah mengapa kita dulu diajarkan untuk tidak berburuk sangka dengan orang lain sebelum tahu apa yang sebenarnya terjadi. buruk sangka itu setajam pisau.

    BalasHapus
  15. buruk sangka dan dendam, setali tiga uang... dua2nya akan berakibat buruk kepada siapa pun.
    penanaman untuk bekal pergaulan mereka di luar rumah
    terima kasih telah berbagi cerita yg indah ini

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, tapi NO PORNO, NO SARA dan NO SAMPAH yah..
Gunakan akun atau link anda, agar aku bisa mengunjungi anda kembali..
Terima kasih.. :)

Last Comment

Recent Comments Widget
 
Support : Maskolis | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. sharingyuk - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger