Sejak kematian ayahnya, Danar mengajak ibunya tuk tinggal bersama di rumah kediamannya. Hal ini pun disambut gembira oleh Santi sang istri. Santi berpendapat kehadiran mertuanya dirumah itu menguntungkan baginya, mengingat saat ini dia sedang hamil muda sehingga ada yang membantu dia untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Beberapa bulan berlalu.. sang mertua tiba2 menderita batuk yang berkepanjangan, mungkin karena usia, batuk tersebut tidak kunjung sembuh. Saat kandungan Santi sudah mulai membesar, kekhawatiranpun muncul... Santi takut, batuk yang diderita oleh mertuanya akan menulari bayi dalam kandungannya. Maka malam itu juga dia membicarakan masalah tersebut dengan Danar, Santi mengusulkan agar ibu mertuanya dipindahkan di rumah kecil yang terletak dipekarangan belakang rumah mereka. Semula Danar tidak mau terima, namun setelah Santi mengungkapkan berbagai alasan yang menurutnya masuk akal, akhirnya dia mengalah dan kemudian mengungkapkan maksudnya kepada ibunya. Sang ibu tak dapat berbuat banyak selain menurut keinginan sang anak yang begitu dikasihinya itu.
Keesokkan harinya, mereka mulai memboyong ibu mereka ke rumah kecil dibelakang pekarangan rumah. Segala keperluan disediakan. Makan pagi, siang dan malam selalu dihantarkan. Hal ini berlangsung terus sampai suatu hari Santi melahirkan seorang bayi perempuan mungil yang cantik yang kemudian mereka beri nama Nabila. Kegembiraan memuncak. Seluruh perhatian sepasang suami istri itu terpusat pada bayi mungil mereka, sehingga keperluan ibu mereka mulai terabaikan..
Hari demi hari berlalu.. Tak terasa Nabila telah tumbuh menjadi gadis kecil nan lucu dan cantik, usianya kini sudah 3 tahun lebih. orangtunya pun mendidiknya menjadi seorang anak yang patuh dan berprilaku sopan sesuai ajaran agama. Hari2 Nabila selalu menyenangkan. Semua orang menyayanginya, memanjakannya. Segala keinginan Nabila selalu dipenuhi. Hanya satu yang tidak boleh Nabila lakukan, adalah bermain2 di pekarangan belakang rumah terutama mendekati rumah kecil yang letaknya tak jauh dari situ. Selama ini Nabila patuh dan tak pernah melanggar larangan bundanya. Namun suatu hari, saat bunda dan ayahnya tidak ada dirumah dan pengasuhnya sedang sibuk, tiba2 rasa penasaran seorang anak kecilpun muncul. Apa gerangan yang ada di belakang rumah yang oleh bundanya tidak boleh ia dekati ?
Maka sambil mengendap2, Nabila mendatangi rumah kecil itu.. gelap, hanya terlihat seberkas cahaya lilin yang mulai meredup. Belum lama dia mengintip disela2 bilik bambu yang berlubang, tiba2 terdengar suara batuk2.. Bukannya takut, Nabila malah mencoba membuka sedikit pintu rumah kecil itu... " Creeekkk..." pintu terkuak.. cahaya matahari langsung menerangi ruangan yang hanya 3 x 3 M itu, hal ini membuat Nenek tua yg ada didalamnya terkejut " Siapa itu...?"
Ragu2 Nabila menjawab...." Na..bila.."
Mendengar suara mungil yang menyebutkan nama Nabila tersebut, sang Nenek sontak merasakan semangat tuk bangkit dari ranjangnya...
" Benarkah..? Nabila..? cucuku...? Masuklah nak...kemarilah.."
Nabila tertegun, ragu2 tuk mendekat.. namun mendengar suara nenek yang cukup ramah dan matanya yg memancarkan rasa kasih... akhirnya Nabila mendekat. Begitu jarak antara mereka cukup dekat, sang nenek langsung memeluk cucu yang selama ini belum pernah ia lihat sebelumnya.. Dalam pelukan nenek tersebut, Nabila berseru.." siapa kamu ?"
Setelah melepaskan pelukannya nenek menjawab sambil mengelus rambut cucu satu2nya itu, " Aku nenekmu nabila.. panggil aku nenek.. Aku ibu dari ayahmu.."
Banyak pertanyaan yang diajukan Nabila, dan sang nenek dengan suka cita menjawab semua pertanyaan Nabila. Tak terasa hampir 1 jam Nabila bermain di rumah kecil itu, lalu ia merasakan haus. " Haus Nek... Nabila ingin minum.."
Sang nenek kemudian mengambil tempurung kelapa yang selama ini biasa dia pergunakan untuk minum, kemudian menuangkan air dan diberikannya pada cucunya. Nabila heran melihat hal ini..
" Apa ini Nek ? Nenek tidak punya gelas ? "
Dengan senyumnya yang arif nenek menjawab, " Ini gelas buat orang yang sudah tua seperti nenek.. minumlah.."
Selama beberapa tahun terakhir ini, sejak kelahiran Nabila, Danar dan Santi memang jarang menjenguk ibunya, tidak lagi memperhatikan kondisi ibunya, segala kebutuhan telah dipercayakan pada pembantu rumah mereka, sehingga gelas yang pecah pun tidak diganti dan nenek mencari tempurung kelapa sebagai pengganti gelas. Dia tak mau menyusahkan Danar dan Santi untuk meminta hal yang dia anggap sepele seperti itu..
Beberapa hari setelah kejadian itu, Nabila diajak jalan2 bersama bunda dan ayahnya ke taman kota. Raut wajah gembira menghiasi wajah mungilnya, mereka berjalan beriringan sambil bergandengan tangan. Tiba disamping sebuah selokan tiba2 Nabila berhenti... Ayah dan bundanya terkejut, " Kenapa nak ? Ayoo jalan.."
Nabila menatap ayahnya, " Ayah.. tolong ambilkan tempurung itu.." Rengek Nabila sambil tangannya menunjuk sebuah tempurung kelapa yang mengapung didalam selokan.
Mendengar permintaan Nabila alangkah terkejutnya sepasang suami istri tersebut, " Untuk apa tempurung kotor itu Nabila ?" tanya bunda.
Dengan polosnya Nabila menjawab, " Nabila akan cuci bersih, lalu disimpan buat tempat minum bunda kalau bunda sudah tua nanti... "
" Siapa yang mengajarkan hal seperti itu padamu Nabila !" ujar bunda gusar.
" Nabila tahu bunda, Nenek Nabila yang tinggal di rumah kecil itu juga minum pakai tempurung..."
" Masya Allah..." penuturan Nabila membuat ayah bundanya bagai disambar petir.. Mereka langsung teringat sosok ibu mereka yang selama ini hampir mereka lupakan..
Tak kuasa menahan rasa bersalah yang teramat besar dan rasa takut akan azab anak durhaka, mereka akhirnya meminta maaf dan mengajak nenek Nabila kembali berkumpul dan tinggal dirumah mereka lagi.
Aku menulis cerita ini karena terinspirasi dari buku kumpulan kisah2 teladan agama yang belum lama aku baca.. Semoga kita semua dapat memetik hikmahnya..
*** Monitorku rusak (vertikal) nih sob....
ga bisa blogwalking dan internetan dalam waktu yang cukup lama... (mohon dimaafkan yah), coba curi2 waktu dikit dikantor nih, tapi ternyata internetnya lebih lemot ketimbang dirumah...hehehe tapi ga mau nyerah nih, blogwalking pake HaPe meski kebanyakan muter2 dulu cukup lumayanlah..
ga bisa blogwalking dan internetan dalam waktu yang cukup lama... (mohon dimaafkan yah), coba curi2 waktu dikit dikantor nih, tapi ternyata internetnya lebih lemot ketimbang dirumah...hehehe tapi ga mau nyerah nih, blogwalking pake HaPe meski kebanyakan muter2 dulu cukup lumayanlah..
numpang parkir dulu mbak
BalasHapuslagi2 kisah inspiratif dari mbak lina...
BalasHapusnabila seolah menjadi berkah bagi keluarga tersebut..
waduh semoga cepet sembuh mbak monitornya
mba lina, pintar cerita nih.. banyak postingan cerita yg inspiratif... :)
BalasHapuswah postingan2 mbak lina akhir ini keren keren banget..inspiratif dan mengena banget...tambah lagi dong mbak..
BalasHapusmoga2 bisa menjadi pelajaan dari cerita ini,,,
BalasHapusmantaaaaaps mbak lina...
BalasHapusCerita yang sangat menarik dan inspiratif. Nabila ternyata bisa 'menyadarkan' orang tuanya.
BalasHapusSalut buat Mbak Lina, walau sedang ada kendala, semangat blogging jalan terus...
ke taman kota..
BalasHapusDekat daerah saya tuh mbak..
cerita yang menarik..
pa kbr, mbak? walau komputer bermasalah, tetap meluangkan waktu untuk posting cerita inspiratif. hebat euy... :)
BalasHapusSiapa yang mengajarkan hal seperti itu padamu Nabila !" ujar bunda gusar.
BalasHapus"siapa aja boleh" jawab nya...
hehheheh...cerita yang menarik
wah... cerita yang sungguh mencerahkan mbak.... thanks ya udah mengingatkan...
BalasHapuscerita yang sangat mengasyikkan. boleh usul ga nih Mbak Ku kalau tulisannya ada paragrafnya mungkin lebih asyik dibacanya kaliii. mohon maaf menggurui senior Ku.
BalasHapusAssalamualaikum wr wb... ada Award Tag Buku, mohon diterima dan diteruskan yaa Mbak... sebagai perpanjangan tali silturahim.
BalasHapus@ Harto, pas bikin dikantor waktu itu adaa paragrafnya kok pak, tp msh kesimpan di draft, lalu aku postingkan pake hp, kali aja itu ya yg bikin formatnya berubah... thanks untuk sarannya ya pak... tentu saja diterima..
BalasHapussegera dapatkan cd dan kasetnya di toko bangunan terdekat
BalasHapushahahaha....
salam silaturahmi ...
BalasHapuskisah ini beberapa kali saya baca, tapi membacanya lagi disini sangat menyenangkan, sebab saya jadi kenal mbak lina.
mia pernah baca cerita ini, tapi yg jadi korban *jiaahhh korban??* si kakek. Kalo si kakek tmp makannya yg dari tempurung kelapa. Ceritanya benar2 menyentuh dan memberikan kita pelajaran agar bisa membalas budi kedua ortu kita disaat mereka sudah tua
BalasHapusbentar mba,,aku baca dulu ya,,*lagi buru2 nih,,,*
BalasHapushehe
wah ini cerita bagus banget... seneng bacanya... menyentuh dan inspiratif :)
BalasHapusso touchy..
BalasHapusjd inget peribahasa "Kasih Ibu spanjang masa, kasih anak spanjang galah" [CMIIW]
artikel yang menarik
BalasHapuscerita yang sungguh menggugah...!
BalasHapusthanks atas semua komen2nya yah kawan2... i luv u pulll...
BalasHapusbener mbak, cerita disini hampir sama temanya dengan yang di blog saya.....happy blogging
BalasHapus